9/11/2009

Makna Sebutir Perhatian

Makna Sebutir Perhatian


Tumbuhnya rasa cinta relatif mudah. Yang sulit adalah merawat agar cinta dan kasih sayang kita terus membara. Itulah yang terjadi dalam perjalanan rumah tangga. Biduk kapal yang diawali dengan cinta terkadang harus kandas akibat cinta dan kasih sayang antara suami istri menguap. Entah kemana.
Sepotong pengalaman diceritakan oleh sang pelaut , sebut saja begitu :


Malam sudah sangat larut. Sayup-sayup desing kendaraan masih tetap terdengar. Namun tetap saja sepi memeluk sekujur rumah itu.sang pelaut beranjak dari pembaringan. Ia memutuskan untuk membasuh wajahnya dan tahajud. Pria yang sehari-hari berlayar berbulan bulan di atas kapal yg besar ini berpikir mudah-mudahan qiyamulalilnya malam ini bisa membuat dirinya lebih tenang.

Ternyata benar. Basuhan air wudlu dan bertemunya kening dengan sajadah membikin hati dan perasaanya lebih tenang. “Alhamdulillah, setelah tahajud ada ketenangan. Bak segayung air menyirami tanah yang tandus,” ceritanya kepada sahabat. Padahal, jangka masa tiga setengah jam sebelumnya, hati dan pikirannya sarat gelisah dan gundah gulana. Matanya pun kering mengusir kantuk.

Betapa tidak, malam itu ia bertengkar keras dengan istrinya. Sang istri protes dengan tingkah suaminya yang, dianggapnya, sudah tidak memperhatikannya lagi. Sebagai seorang pelaut dari sebuah perusahaan baru, sang suami terbilang lama pulangnya hingga tahun jika berlayar. Berangkat hari thn ini tinggalkan rumah pulang tahun akan datang. Dan, kalaupun pulang, energinya sudah habis terkuras. Sebentar saja pelaut dapat cuti waktu yg baik terbuang menurut sang istri tak ada gairah seperti masa berpacaran dulu, istrinya meresa seperti sebatang kayu hanya pajangan semata.saat sang pelaut Tidur. “Malam itu, si istri menyiramkan segelas air ke wajahnya. Praktis, amarahnya muntah kepada si istri. Di marahi dan bentak si istri, eh, dia malah bicara keras. Selanjutnya, bisa ditebak. Mereka bertengkar hebat,” paparnya penuh rasa sesal.


“Ketegangan demi ketegangan dalam sebuah rumah tangga, sebenarnya, hal yang lazim,” komentar Ust Yusuf Mansur ‘ustad yg sedang kodang saat ini yg selalu memberikan kuliah subuh dan siraman rohani di telivisi. ketua Pembina yayasan pesantren darul quran di tanggerang cipondo“Yang terpenting adalah bagaimana kedua pasangan baik suami maupun istri menyikapi ini secara positif dan rasional. Jangan emosional,” tambahnya.

Selain itu hendaknya ada satu pihak yang mengalah ketika pertengkaran terjadi. “Cobalah sang suami bersabar sedikit menanggapi istri yang sedang marah-marah. Atau, sebaliknya. Anggap saja sedang main sinetron dan jangan diambil hati,” saran ustad
Hal ini dibenarkan si pelaut. Malam kejadian itu, mungkin karena saking lelahnya, ia emosional dan meladeni istrinya. “sang pelaut mengaku salah, malam itu saya langsung bentak dia tanpa bertanya dulu. Bisa saja, perilakunya itu hanya reaksi dari tindakan saya sendiri,” imbuhsi pelaut.

Pun begitu, pak ustad tidak menyarankan untuk membiarkan sang istri atau sang suami marah-marah begitu saja. Bukan berarti dicuekin. Apalagi, asik saja menonton TV. Itu malah membuat sang pasangan sakit hati. “Jangan banyak bicara, lakukan saja. Cobalah dekap erat istri atau suami anda. Buatlah ia tenang dan nyaman berada dipelukan anda. Baru setelah tenang dikomunikasikan dan cari jalan keluar. Jangan pernah bosan membuat kesepakatan baru yang penting keduanya senang sama senang.” Kerjasama dalam Keluarga
Dalam pandangan Herlini Amran MA, pemerhati masalah-masalah wanita, sesudah pernikahan berlangsung, kehidupan berumah tangga pun harus dijalani dengan sebaik-baiknya meskipun tantangan dan godaan menjalani kehidupan rumah tangga sangat banyak.

Di sebuah kesempatan Diskusi Panel bertajuk, “Membangun Keluarga Islami” , Herlini mengajukan lima syarat agar yang kita cita-citakan bersama seperti memperkokoh Rasa Cinta dan Kasih Sayang, Saling Hormat Menghormati, Saling Menutupi Kekurangan, Kerjasama dalam Keluarga dan memfungsikan keluarga lebih berkehutanan.
Cinta, menurut Herlini merupakan perekat dalam kekokohan kehidupan rumah tangga, bila rasa cinta suami istri hilang, maka kehancuran rumah tangga sangat sulit dihindari. Oleh karena itu suasana cinta mencintai harus saling ditumbuhsuburkan atau diperkokoh, tidak hanya pada masa-masa awal kehidupan rumahtangga, tapi juga pada masa-masa selanjutnya hingga suami isteri mencapai masa tua dan menemui kematian.

Rasulullah SAW sebagai seorang suami berhasil membagi dan menumbuh-suburkan rasa cinta kepada semua isterinya sehingga isteri yang satu mengatakan dialah yang paling dicintai oleh Rasul, begitu juga dengan isteri yang lainnya.
Dalam konteks merawat dan menyuburkan kembali cinta suami istri inilah perlu variasi dan teknik khusus. Coba sesekali buat kejutan. Bangun lebih awal, lalu buatkan teh manis di campur segenggam cinta dan kasih sayang. Bangunkan sang istri untuk shalat subuh dan berikan Teh manis bikinan sang kekasih. Dijamin, ia akan bangun dengan girang bukan alang kepalang.
Atau, pulang tidak seperti biasanya. Berikan sang istri kejutan dengan kehadiran anda lebih awal. Carilah kerja dengan kontrak yg tak terlalu lama, sudah banyak peusahan pelayaran yg menerapkan system internasional jika pun terpaksa lakukan komunikasi yg rutin agar tetap terjaga hubungan yg mesra. Jadi pada perinsipnya komunikasi adalah jembatan yg mengeratkan hubungan keluarga dan saat waktunya tiba cuti anda Sembari pulang jangan lupa beli coklat atau makanan kesukaan sang istri. Tiak mesti terlalu mahal yang penting tulus. Perhatian kecil yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu menumbuhkan rasa cinta.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Memang perhatian itu penting...tapi kadang kita lupa aku punya kawan dulu dia senang memija ikan leleh tapi sekarang malah senang memija janda.!!!

salam
crew smit kuwait

Anonim mengatakan...

suamiku pelaut handal... kalo pulang ceria.. tapi kalo sudah kelamaan didarat mukanya tekuk 5, seakan2 benci sama istrinya...
malah sekarang lebih dekat dengan hp dan internet ketimbang aku karena aku sibuk urus anak 2... aahhhh.... rasanya pengen pulang ke rumah ortu... tapi malu...